Jumat, 30 November 2012

Penjabaran Pancasila

Sebagai bangsa Indonesia sepatutnya kita tahu arti dan makna pancasila, berikut penjabaran pancasila


1.       Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
 Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang diwujudkan dengan suatu kehidupan beragama, memberikan landasan yang paling penting untuk membentuk kehidupan bernegara. Ajaran-ajaran agama yang sangat luhur merupakan faktor kunci kesuksesan dalam membentuk sistem kenegaraan di Indonesia. Sebagai contoh adalah ajaran tentang keikhlasan dan tanggung jawab. Ikhlas adalah unsur yang penting dalam membentuk suatu sistem yang mandiri. Dan orang-orang yang bertanggung jawab adalah orang yang bermanfaat bagi sistem masyarakat, atau sistem Pancasila, atau sistem apapun juga. Sebaliknya orang-orang yang tidak bertanggung jawab cenderung merusak sistem di manapun dia berada

Berketuhanan adalah hal yang asasi dan merupakan hak asasi manusia yang paling utama. Berketuhanan adalah urusan hati, yang menyangkut hubungan pribadi antara manusia dengan Penciptanya, sehingga manusia lain tak bisa dan tak berhak mencampuri. Orang yang bertentangan dengan Sila 2 bisa diberi sanksi sebagai “penjahat”, orang yang bertentangan dengan Sila 3 bisa diberi sanksi sebagai “pengkhianat”, tetapi orang yang tidak beriman hanya Tuhan yang bisa memberi sanksi. 

Oleh karena itu, negara tidaklah bisa mencampuri urusan agama, tetapi berkewajiban memfasilitasi agar agama bisa bertumbuh kembang dengan baik. Negara melindungi agama atau kepercayaan apapun, selama tidak mengganggu kehidupan beragama dan bernegara yang seharusnya, yaitu kerukunan bersama, saling menghormati, dan tidak ada pemaksaan.Bangsa  Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha  Esa dan oleh karenanya manuasia percaya dan taqwa terhadap Tuhan YME
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.

2.       Sila kemanusian Yang Adil  dan Beradab
 Kemanusiaan yang adil dan beradab menunjang tinggi  nilai-nilai kemanusiaan,
gemar melakukan kegiatan –kegiatan kemanusiaan,  dan berani membela
kebenaran dan keadilan. Sadar bahwa manusia adalah  sederajat, maka bangsa
Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari  seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkanlah sikap hormat dan  bekerja sama dengan bangsa –bangsa lain.     

3.       Sila Persatuan  Indonesia
 Dengan sila persatuan Indonesia, manusia Indonesia  menempatkan persatuan,
kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan  bangsa dan negara diatas
kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan  dikembangkan atas dasar Bhineka
Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan  demi kesatuan dan persatuan bangsa.


4.       Sila Kerakyatan Yang  Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
 Manusia  Indonesia menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil keputusan
musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya  dan
melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab.  Disini
kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan  pribadi atau
golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan  akal sehat dan
sesuai dengan hati  nurani yang luhur.  Keputusan-keputusan yang diambil harus
dapat dipertanggung jawabkan  secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjungjung tinggi harkat dan  martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.
 Dalam  melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada
wakil-wakil  yang dipercayanya.

5.       Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat  Indonesia
 Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,  manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk  menciptakan keadilan sosial dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam  rangka ini dikembangkan perbuatannya
yang luhur yang mencerminkan sikap  dan suasana kekeluargaan dan gotong
royong.
 Untuk itu dikembangkan  sikap adil terhadap sesama, menjaga kesinambungan
antara hak dan  kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.

Minggu, 11 November 2012

Indahnya Masa Kecil

asalamuailaikum.. sobat sekalian sudah lama sekali yah saya ngga blogging lagi eeh ketemu lagii :)   entri kali ini saya akan membagikan pengalaman masa kanak kanak sesorang teman, sobat sekalian pasti pernah donk mengalami masa kanak2 oke tanpa bosa dan basi berikut Cerita Indahnya Masa Kecil...


"Warna warni kala masa kecil tak ubahnya balon dengan berbagai warna. Secuil cerita kecil dulu merupakan kenangan dalam memori masa lalu yang masih membekas dihati dan pikiranku. Masa kecil adalah masa dimana kita bebas dengan kreasi, bebas melangkah, bebas bercanda gurau, tersenyum, tertawa, menangis, takut dan ungkapan yang ingin kita sampaikan dapat tergambar jelas. langkah kaki kecil kita melangkah tanpa memikirkan bagaimana nantinya akibat dari langkah kecil itu. Inilah masa kecil yang takkan terlupakan untukku.
Sebelum aku menceritakan kisahku, Setidaknya aku memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Aku Melisa, biasa di panggil Meli. Tapi entahlah terkadang orang memanggilku Melisa, Melis, Meli, Melmel, Rosa, hingga Amel. Aku juga sampai bingung sendiri. Orang tuaku Memberiku nama Melisa karena dulu ada seorang penyanyi cilik Melisa yang lagi populer di masa itu dengan lagunya ‘Semut-semut kecil’ katanya agar kelak aku bisa selincah dia. Tapi tak di sangka aku memang suka menyanyi juga. Rosalina di ambil tidak jauh dari nama ibuku dan Rosa itu berarti kuat, mungkin agar aku kuat dalam setiap langkahku dimanapun aku berada. Aku dua bersaudara. Adikku bernama Rizal.
Kisah kecilku yang warna-warni itu dimulai dari sini. Semenjak aku kelas tiga SD, Keluargaku pindah di Perumahan Jambewangi indah II, karena sebelumnya aku masih tinggal di rumah Mbah Putri di Kebonpolo. Aku kala itu masi berpikir kalau aku tinggal di perumahan apa enak ya? Aku berpikir ‘pasti di sana sepi, jarang ada anak bermain’ itulah yang hinggap di kepalaku waktu itu. Tapi semua pikiranku ternyata terbalik aku bahkan memiliki banyak teman. Ada seorang anak perempuan manis bernama Gesti dan inilah teman rumah yang dekat denganku. Bukan hanya dia saja masih ada yang lain inilah teman-temanku ada Mas Riyan, Mas Cito, Angga, Adi dan tak tertinggal pula adikku Rizal. Mas Riyan dan Mas Cito adalah kakak adik. Jangan heran, karena lebih banyak cowok daripada ceweknya. Karena tinggal di komplek memang jarang ada anak cewek main keluar rumah, kecuali aku dan Gesti.
Tinggal di komplek perumahan untuk hari-hari biasa siang itu sangatlah sepi dan anak-anak kecil terbiasa dengan tidur siang. Nah, saat sorelah yang merupakan waktu yang menyenangkan karena anak-anak sering bermain di lapangan depan rumah. Inilah kami selalu biasa bermain sepak bola tiap sore dan hal utama karena diantara yang lain cewek hanya dua aku dan Gesti maka kami harus di pisah itu peraturannya. Tapi tetaplah seru. Apalagi kalau skornya membuat kami lonjak-lonjak senang.
Kebiasaan malam minggu adalah main jilumpet atau petak umpet. Itulah yang tak mungkin terhapus dari jadwal. Katakan ‘jepong’ sambil jemari tangan ini menempel pada sebuah tiang listrik bahwa kita aman dan tidak ketahuan setelah beberapa menit bersembunyi. Pernah suatu ketika bermain petak umpet kelompok. Grup pertama adalah aku, adikku dan Gesti. Grup dua adalah Mas Cito dan Adi. Sejak awal memang seru dan menyenangkan permainan ini. Sering kali ketahuan persembunyian itu dan bergantian mencari. Tapi saat pertengahan permainan sekitar pukul 20.00 WIB Mas Cito dan Adi yang bersembunyi sedangkan aku, adikku dan Gesti sebagai pencari. Entahlah mereka bersembunyi dimana kami bertiga mencari hingga keliling komplek 3 kali sampai akhirnya kami bertiga ke rumah Mas Riyandan bertanya karena takut kedua anak itu hilang.
“Mas, tau Mas Cito mbe Adi nda? Ket mau ra ketemu-ketemu...” (Mas, tahu Mas Cito sama Adi gak? Dari tadi kok gak ketemu-ketemu).
“lhoo, lhak yoo mumpet to..” (lhoo, kan lagi sembunyi to) jawab Mas Riyan lagi belajar di rumah sambil nonton TV.
“tapi dari tadi kita uda nyari mas, udah muter tiga kali tapi gak ketemu, mbok bantu nyariin to” saur gesti minta tolong.
“kalo ilang gimana jal?” kataku.
“Ora-ora, wong mau wee rene maem njuk mumpet meneh kok” (gak-gak, tadi aja habis ke sini makan terus sembunyi lagi keluar) Ujarnya.
Kami bertiga mencari kembali keliling komplek dua kali. Hingga sampai lagi belok mampir ke Mas Riyan.
“Mas, Mas Cito mbe Adi gak ada dari tadi” dan mau gak mau mas Riyan bantu mencari kedua anak itu. Hal yang paling aneh adalah kami keliling sambil teriak “Mas Cito.. Adi.. Nyerah, Mas Cito.. Adi bubar” hingga berulang-ulang kali. Karena udah capek Mas Riyan malah pulang sedangkan aku, adikku, dan Gesti istirahat di pos ronda malah sambil berdoa ‘Ya Allah, semoga Mas Cito sama Adi gak ilang, dan cepet keluar dari persembunyiannya’. Karena di pikiran kami hanyalah ketakutan karena sudah pukul jam 21.00 WIB. Tak di sangka Bapaknya Adi datang dan menanyakan “dek, Adi mana yaa?”
Kami langsung respon “Di, di goleki bapak niih”
Dan yang terjadi mereka keluar dari sarang di semak-semak pagar markisa di samping pohon kresen. Aku bersama Gesti langsung ngomel-ngomel ga jelas sama mas cito. Ia mengatakan kalau tadi sempat ketiduran di tempat persembunyiannya itu.
Kebiasaan Kami Kedua adalah mencari ikan di sawah. Nah inilah yang menarik, ada aku, Mas Riyan, Mas Cito, Angga, dan adikku. Kala itu sore yang cerah kami ke sawah membawa jaring, ember kecil, dan kayu. Tugasku hanya membawa ember kecil dan yang lain turun di selokan kecil di sawah dengan senyum lebar karena ikan di sini sangat banyak yang mengejutkan lumyan banyak lele kecil di sini.
“lele.. lele..” kata Mas cito.
“ho’o ii..” ujar Angga dan yang lain hanya mangut-mangut mengerti.
Tanpa berpikir panjang kami menangkapnya. Berakhir tak jauh beberapa meter ada Pak Lobo pemilik sawah ini dan lebih parahnya Pak Lobo sambil bawa Parit marah-marah dari kejauhan. Aku, Adikku, dan Mas Riyan ketakutan sedangkan Angga dan Mas Cito dengan santainya ‘sek too kurang sithik neh kecekel’ (bentar too,kurang dikit lagi ketangkep) katanya. “Ayoo lhek mlayu ono Pak Lobo” ujar Mas Riyan. Kedua anak itu baru sadar. Dan kami lari bersama melarikan diri. Sampai di depan rumah Mas Riyan dengan bangga kami bercerita kepada orang tuaku dan orang tua Mas Riyan Cito yang sedang di luar rumah kami dapat ikan lele. Bapak Ibu terkejut bukan main melihat anak-anaknya. Kami pun juga baru tau kalau ikan lele itu milik pak lobo karena kami pikir ikan lele itu di selokan bukan di kolam jadi kami tangkap."


 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Premium Wordpress Themes