Minggu, 11 November 2012

Indahnya Masa Kecil

asalamuailaikum.. sobat sekalian sudah lama sekali yah saya ngga blogging lagi eeh ketemu lagii :)   entri kali ini saya akan membagikan pengalaman masa kanak kanak sesorang teman, sobat sekalian pasti pernah donk mengalami masa kanak2 oke tanpa bosa dan basi berikut Cerita Indahnya Masa Kecil...



"Warna warni kala masa kecil tak ubahnya balon dengan berbagai warna. Secuil cerita kecil dulu merupakan kenangan dalam memori masa lalu yang masih membekas dihati dan pikiranku. Masa kecil adalah masa dimana kita bebas dengan kreasi, bebas melangkah, bebas bercanda gurau, tersenyum, tertawa, menangis, takut dan ungkapan yang ingin kita sampaikan dapat tergambar jelas. langkah kaki kecil kita melangkah tanpa memikirkan bagaimana nantinya akibat dari langkah kecil itu. Inilah masa kecil yang takkan terlupakan untukku.
Sebelum aku menceritakan kisahku, Setidaknya aku memperkenalkan diriku terlebih dahulu. Aku Melisa, biasa di panggil Meli. Tapi entahlah terkadang orang memanggilku Melisa, Melis, Meli, Melmel, Rosa, hingga Amel. Aku juga sampai bingung sendiri. Orang tuaku Memberiku nama Melisa karena dulu ada seorang penyanyi cilik Melisa yang lagi populer di masa itu dengan lagunya ‘Semut-semut kecil’ katanya agar kelak aku bisa selincah dia. Tapi tak di sangka aku memang suka menyanyi juga. Rosalina di ambil tidak jauh dari nama ibuku dan Rosa itu berarti kuat, mungkin agar aku kuat dalam setiap langkahku dimanapun aku berada. Aku dua bersaudara. Adikku bernama Rizal.
Kisah kecilku yang warna-warni itu dimulai dari sini. Semenjak aku kelas tiga SD, Keluargaku pindah di Perumahan Jambewangi indah II, karena sebelumnya aku masih tinggal di rumah Mbah Putri di Kebonpolo. Aku kala itu masi berpikir kalau aku tinggal di perumahan apa enak ya? Aku berpikir ‘pasti di sana sepi, jarang ada anak bermain’ itulah yang hinggap di kepalaku waktu itu. Tapi semua pikiranku ternyata terbalik aku bahkan memiliki banyak teman. Ada seorang anak perempuan manis bernama Gesti dan inilah teman rumah yang dekat denganku. Bukan hanya dia saja masih ada yang lain inilah teman-temanku ada Mas Riyan, Mas Cito, Angga, Adi dan tak tertinggal pula adikku Rizal. Mas Riyan dan Mas Cito adalah kakak adik. Jangan heran, karena lebih banyak cowok daripada ceweknya. Karena tinggal di komplek memang jarang ada anak cewek main keluar rumah, kecuali aku dan Gesti.
Tinggal di komplek perumahan untuk hari-hari biasa siang itu sangatlah sepi dan anak-anak kecil terbiasa dengan tidur siang. Nah, saat sorelah yang merupakan waktu yang menyenangkan karena anak-anak sering bermain di lapangan depan rumah. Inilah kami selalu biasa bermain sepak bola tiap sore dan hal utama karena diantara yang lain cewek hanya dua aku dan Gesti maka kami harus di pisah itu peraturannya. Tapi tetaplah seru. Apalagi kalau skornya membuat kami lonjak-lonjak senang.
Kebiasaan malam minggu adalah main jilumpet atau petak umpet. Itulah yang tak mungkin terhapus dari jadwal. Katakan ‘jepong’ sambil jemari tangan ini menempel pada sebuah tiang listrik bahwa kita aman dan tidak ketahuan setelah beberapa menit bersembunyi. Pernah suatu ketika bermain petak umpet kelompok. Grup pertama adalah aku, adikku dan Gesti. Grup dua adalah Mas Cito dan Adi. Sejak awal memang seru dan menyenangkan permainan ini. Sering kali ketahuan persembunyian itu dan bergantian mencari. Tapi saat pertengahan permainan sekitar pukul 20.00 WIB Mas Cito dan Adi yang bersembunyi sedangkan aku, adikku dan Gesti sebagai pencari. Entahlah mereka bersembunyi dimana kami bertiga mencari hingga keliling komplek 3 kali sampai akhirnya kami bertiga ke rumah Mas Riyandan bertanya karena takut kedua anak itu hilang.
“Mas, tau Mas Cito mbe Adi nda? Ket mau ra ketemu-ketemu...” (Mas, tahu Mas Cito sama Adi gak? Dari tadi kok gak ketemu-ketemu).
“lhoo, lhak yoo mumpet to..” (lhoo, kan lagi sembunyi to) jawab Mas Riyan lagi belajar di rumah sambil nonton TV.
“tapi dari tadi kita uda nyari mas, udah muter tiga kali tapi gak ketemu, mbok bantu nyariin to” saur gesti minta tolong.
“kalo ilang gimana jal?” kataku.
“Ora-ora, wong mau wee rene maem njuk mumpet meneh kok” (gak-gak, tadi aja habis ke sini makan terus sembunyi lagi keluar) Ujarnya.
Kami bertiga mencari kembali keliling komplek dua kali. Hingga sampai lagi belok mampir ke Mas Riyan.
“Mas, Mas Cito mbe Adi gak ada dari tadi” dan mau gak mau mas Riyan bantu mencari kedua anak itu. Hal yang paling aneh adalah kami keliling sambil teriak “Mas Cito.. Adi.. Nyerah, Mas Cito.. Adi bubar” hingga berulang-ulang kali. Karena udah capek Mas Riyan malah pulang sedangkan aku, adikku, dan Gesti istirahat di pos ronda malah sambil berdoa ‘Ya Allah, semoga Mas Cito sama Adi gak ilang, dan cepet keluar dari persembunyiannya’. Karena di pikiran kami hanyalah ketakutan karena sudah pukul jam 21.00 WIB. Tak di sangka Bapaknya Adi datang dan menanyakan “dek, Adi mana yaa?”
Kami langsung respon “Di, di goleki bapak niih”
Dan yang terjadi mereka keluar dari sarang di semak-semak pagar markisa di samping pohon kresen. Aku bersama Gesti langsung ngomel-ngomel ga jelas sama mas cito. Ia mengatakan kalau tadi sempat ketiduran di tempat persembunyiannya itu.
Kebiasaan Kami Kedua adalah mencari ikan di sawah. Nah inilah yang menarik, ada aku, Mas Riyan, Mas Cito, Angga, dan adikku. Kala itu sore yang cerah kami ke sawah membawa jaring, ember kecil, dan kayu. Tugasku hanya membawa ember kecil dan yang lain turun di selokan kecil di sawah dengan senyum lebar karena ikan di sini sangat banyak yang mengejutkan lumyan banyak lele kecil di sini.
“lele.. lele..” kata Mas cito.
“ho’o ii..” ujar Angga dan yang lain hanya mangut-mangut mengerti.
Tanpa berpikir panjang kami menangkapnya. Berakhir tak jauh beberapa meter ada Pak Lobo pemilik sawah ini dan lebih parahnya Pak Lobo sambil bawa Parit marah-marah dari kejauhan. Aku, Adikku, dan Mas Riyan ketakutan sedangkan Angga dan Mas Cito dengan santainya ‘sek too kurang sithik neh kecekel’ (bentar too,kurang dikit lagi ketangkep) katanya. “Ayoo lhek mlayu ono Pak Lobo” ujar Mas Riyan. Kedua anak itu baru sadar. Dan kami lari bersama melarikan diri. Sampai di depan rumah Mas Riyan dengan bangga kami bercerita kepada orang tuaku dan orang tua Mas Riyan Cito yang sedang di luar rumah kami dapat ikan lele. Bapak Ibu terkejut bukan main melihat anak-anaknya. Kami pun juga baru tau kalau ikan lele itu milik pak lobo karena kami pikir ikan lele itu di selokan bukan di kolam jadi kami tangkap."


Related Posts by Categories

0 comments:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Premium Wordpress Themes