asalamuailaikum.. sobat sekalian sudah lama sekali yah saya ngga blogging lagi eeh ketemu lagii :) entri kali ini saya akan membagikan pengalaman masa kanak kanak sesorang teman, sobat sekalian pasti pernah donk mengalami masa kanak2 oke tanpa bosa dan basi berikut Cerita Indahnya Masa Kecil...
"Warna
warni kala masa kecil tak ubahnya balon dengan berbagai warna. Secuil cerita
kecil dulu merupakan kenangan dalam memori masa lalu yang masih membekas dihati
dan pikiranku. Masa kecil adalah masa dimana kita bebas dengan kreasi, bebas
melangkah, bebas bercanda gurau, tersenyum, tertawa, menangis, takut dan
ungkapan yang ingin kita sampaikan dapat tergambar jelas. langkah kaki kecil
kita melangkah tanpa memikirkan bagaimana nantinya akibat dari langkah kecil
itu. Inilah masa kecil yang takkan terlupakan untukku.
Sebelum
aku menceritakan kisahku, Setidaknya aku memperkenalkan diriku terlebih dahulu.
Aku Melisa, biasa di panggil Meli. Tapi entahlah terkadang orang
memanggilku Melisa, Melis, Meli, Melmel, Rosa, hingga Amel. Aku juga sampai
bingung sendiri. Orang tuaku Memberiku nama Melisa karena dulu ada seorang
penyanyi cilik Melisa yang lagi populer di masa itu dengan lagunya ‘Semut-semut
kecil’ katanya agar kelak aku bisa selincah dia. Tapi tak di sangka aku memang
suka menyanyi juga. Rosalina di ambil tidak jauh dari nama ibuku dan Rosa itu
berarti kuat, mungkin agar aku kuat dalam setiap langkahku dimanapun aku
berada. Aku dua bersaudara. Adikku bernama Rizal.
Kisah
kecilku yang warna-warni itu dimulai dari sini. Semenjak aku kelas tiga SD, Keluargaku
pindah di Perumahan Jambewangi indah II, karena sebelumnya aku masih tinggal di
rumah Mbah Putri di Kebonpolo. Aku kala itu masi berpikir kalau aku tinggal di
perumahan apa enak ya? Aku berpikir ‘pasti di sana sepi, jarang ada anak
bermain’ itulah yang hinggap di kepalaku waktu itu. Tapi semua pikiranku
ternyata terbalik aku bahkan memiliki banyak teman. Ada seorang anak perempuan
manis bernama Gesti dan inilah teman rumah yang dekat denganku. Bukan hanya dia
saja masih ada yang lain inilah teman-temanku ada Mas Riyan, Mas Cito, Angga,
Adi dan tak tertinggal pula adikku Rizal. Mas Riyan dan Mas Cito adalah kakak
adik. Jangan heran, karena lebih banyak cowok daripada ceweknya. Karena tinggal
di komplek memang jarang ada anak cewek main keluar rumah, kecuali aku dan
Gesti.
Tinggal
di komplek perumahan untuk hari-hari biasa siang itu sangatlah sepi dan
anak-anak kecil terbiasa dengan tidur siang. Nah, saat sorelah yang merupakan
waktu yang menyenangkan karena anak-anak sering bermain di lapangan depan rumah.
Inilah kami selalu biasa bermain sepak bola tiap sore dan hal utama karena
diantara yang lain cewek hanya dua aku dan Gesti maka kami harus di pisah itu
peraturannya. Tapi tetaplah seru. Apalagi kalau skornya membuat kami
lonjak-lonjak senang.
Kebiasaan
malam minggu adalah main jilumpet atau petak umpet. Itulah yang tak mungkin
terhapus dari jadwal. Katakan ‘jepong’ sambil jemari tangan ini menempel pada
sebuah tiang listrik bahwa kita aman dan tidak ketahuan setelah beberapa menit
bersembunyi. Pernah suatu ketika bermain petak umpet kelompok. Grup pertama
adalah aku, adikku dan Gesti. Grup dua adalah Mas Cito dan Adi. Sejak awal
memang seru dan menyenangkan permainan ini. Sering kali ketahuan persembunyian
itu dan bergantian mencari. Tapi saat pertengahan permainan sekitar pukul 20.00
WIB Mas Cito dan Adi yang bersembunyi sedangkan aku, adikku dan Gesti sebagai
pencari. Entahlah mereka bersembunyi dimana kami bertiga mencari hingga
keliling komplek 3 kali sampai akhirnya kami bertiga ke rumah Mas Riyandan
bertanya karena takut kedua anak itu hilang.
“Mas,
tau Mas Cito mbe Adi nda? Ket mau ra ketemu-ketemu...” (Mas, tahu Mas Cito sama
Adi gak? Dari tadi kok gak ketemu-ketemu).
“lhoo,
lhak yoo mumpet to..” (lhoo, kan lagi sembunyi to) jawab Mas Riyan lagi belajar
di rumah sambil nonton TV.
“tapi
dari tadi kita uda nyari mas, udah muter tiga kali tapi gak ketemu, mbok bantu
nyariin to” saur gesti minta tolong.
“kalo
ilang gimana jal?” kataku.
“Ora-ora,
wong mau wee rene maem njuk mumpet meneh kok” (gak-gak, tadi aja habis ke sini
makan terus sembunyi lagi keluar) Ujarnya.
Kami
bertiga mencari kembali keliling komplek dua kali. Hingga sampai lagi belok
mampir ke Mas Riyan.
“Mas,
Mas Cito mbe Adi gak ada dari tadi” dan mau gak mau mas Riyan bantu mencari
kedua anak itu. Hal yang paling aneh adalah kami keliling sambil teriak “Mas
Cito.. Adi.. Nyerah, Mas Cito.. Adi bubar” hingga berulang-ulang kali. Karena
udah capek Mas Riyan malah pulang sedangkan aku, adikku, dan Gesti istirahat di
pos ronda malah sambil berdoa ‘Ya Allah, semoga Mas Cito sama Adi gak ilang,
dan cepet keluar dari persembunyiannya’. Karena di pikiran kami hanyalah
ketakutan karena sudah pukul jam 21.00 WIB. Tak di sangka Bapaknya Adi datang
dan menanyakan “dek, Adi mana yaa?”
Kami
langsung respon “Di, di goleki bapak niih”
Dan
yang terjadi mereka keluar dari sarang di semak-semak pagar markisa di samping
pohon kresen. Aku bersama Gesti langsung ngomel-ngomel ga
jelas sama mas cito. Ia mengatakan kalau tadi sempat ketiduran di tempat
persembunyiannya itu.
Kebiasaan
Kami Kedua adalah mencari ikan di sawah. Nah inilah yang menarik, ada aku, Mas
Riyan, Mas Cito, Angga, dan adikku. Kala itu sore yang cerah kami ke sawah
membawa jaring, ember kecil, dan kayu. Tugasku hanya membawa ember kecil dan
yang lain turun di selokan kecil di sawah dengan senyum lebar karena ikan di
sini sangat banyak yang mengejutkan lumyan banyak lele kecil di sini.
“lele..
lele..” kata Mas cito.
“ho’o
ii..” ujar Angga dan yang lain hanya mangut-mangut mengerti.
Tanpa
berpikir panjang kami menangkapnya. Berakhir tak jauh beberapa meter ada Pak
Lobo pemilik sawah ini dan lebih parahnya Pak Lobo sambil bawa Parit
marah-marah dari kejauhan. Aku, Adikku, dan Mas Riyan ketakutan sedangkan Angga
dan Mas Cito dengan santainya ‘sek too kurang sithik neh kecekel’ (bentar
too,kurang dikit lagi ketangkep) katanya. “Ayoo lhek mlayu ono Pak Lobo” ujar
Mas Riyan. Kedua anak itu baru sadar. Dan kami lari bersama melarikan diri.
Sampai di depan rumah Mas Riyan dengan bangga kami bercerita kepada orang tuaku
dan orang tua Mas Riyan Cito yang sedang di luar rumah kami dapat ikan lele.
Bapak Ibu terkejut bukan main melihat anak-anaknya. Kami pun juga baru tau
kalau ikan lele itu milik pak lobo karena kami pikir ikan lele itu di selokan
bukan di kolam jadi kami tangkap."
0 comments:
Posting Komentar